Cara Memperbaiki Lampu Emergency


emergency lamp Lampu emergency adalah lampu portabel (tentengan) yang dapat dinyalakan dengan menggunakan baterai isi ulang. Lampu emergency mulai marak terutama setelah beredarnya baterai “sealed lead acid” atau baterai gel yang dapat diisi ulang. Telah banyak beredar bentuk lampu emergency, dari yang masih menggunakan lampu “bulb” (bohlam kecil), neon, hingga yang menggunakan LED.
Belakangan, lampu emergency yang menggunakan LED semakin banyak digunakan orang. Seiring penggunaannya yang semakin meluas, kasus-kasus kerusakannya juga sering terjadi.
Berikut ini ulasan tentang kerusakan-kerusakan yang paling sering terjadi terutama pada lampu emergency yang menggunakan LED serta tips untuk memperbaikinya.
Namun sebelum itu, ada baiknya untuk mengikuti uraian tentang cara kerjanya terlebih dahulu.

Cara kerja lampu emergency .
Biasanya, lampu emergency LED mempunyai dua atau tiga unit lampu penyalaan. Sebagai contoh di sini dikemukakan lampu emergency merek Aoki yang mempunyai tiga unit lampu penyalaan. Setiap unit lampu penyalaan disusun dari beberapa LED yang terangkai secara paralel.
Unit lampu pertama adalah “torch”, yaitu senter penyorot, terdiri dari 7 LED putih yang dirangkai secara paralel. Unit lampu kedua adalah yang berada di sisi kiri dan kanan (keduanya menjadi satu bagian), yaitu dua deretan LED yang berjumlah 2x18 LED paralel. Dan unit lampu ketiga adalah yang berada di tengah-tengah bagian depan, terdiri dari 36 LED paralel.

emergency lamp, schematic

Perhatikan gambar di atas dengan seksama.
Apabila switch fungsi on-off-torch (Sw1) ditaruh di posisi torch, maka unit lampu 1 (torch) akan mendapatkan suplai dari baterai sehingga ia akan menyala. Tegangan suplai untuk torch ini dibatasi oleh resistor 5,1Ω/2W.
Apabila Sw1 ditaruh pada posisi on maka emitor Q3 akan mendapatkan suplai tegangan positif, LED indikator hijau akan menyala. Tegangan positif yang dihantarkan Q3 sebagian diberikan ke basis Q4 melalui R6. Q4 pun lalu aktif dan meng-ground-kan bagian negatif dari unit lampu 2 dan 3. Dengan demikian unit lampu 2 dan 3 siap dinyalakan oleh switch Sw2.
Sw2 kemudian memilih pemberian tegangan positif untuk unit lampu 2 dan 3, untuk dinyalakan salah satunya ataukah untuk dinyalakan kedua-duanya.
Apabila lampu tidak diaktifkan, Sw1 ditaruh pada posisi off.

Jika baterai telah drop dan dilakukan charging, tegangan AC 220V akan masuk dan diturunkan levelnya oleh rangkaian paralel kondensator C1 dan resistor R7. Setelah itu tegangan AC disearahkan oleh empat dioda D4,D5,D6,D11. LED indikator charge (merah) lalu menyala. Kondensator C2 meratakan hasil penyearahan itu. Tegangan ini menjadi tegangan charging bagi baterai.
Sementara itu transistor Q2 beserta komponen di sekitarnya membentuk “shunt-regulator” yang membatasi level tegangan hasil penyearahan agar tidak terlalu tinggi. Ini dilakukan sebagai “over-charge protection” bagi baterai.

Adapun masukan DC (max.12V) adalah jika charging baterai hendak dilakukan dari sumber DC 12V seperti aki atau AC adaptor. Di sinilah Q1 beserta komponen di sekitarnya berfungsi sebagai regulator yang memberikan tegangan stabil sekitar 5V kepada rangkaian lampu.

Kerusakan umum lampu emergency .
Kerusakan pada lampu emergency yang sering terjadi adalah :
1.Sebagian lampu tidak dapat dinyalakan
2.Sebagian lampu kadang dapat dinyalakan dan kadang tidak
3.Tidak dapat di-charge lagi dan lampu indikator charge (merah) tidak menyala
4.Tidak dapat di-charge lagi padahal lampu indikator charge menyala.

emergency lamp, inside

Kerusakan pada poin pertama dan poin kedua biasa disebabkan oleh kontak Sw1 atau Sw2 yang memburuk. Sw1 atau Sw2 dapat diganti dengan yang baru jika mudah menemukannya di pasaran umum. Cara ini lebih baik.
Jika sulit, semprotkan saja ke dalamnya cairan contact-cleaner. Suatu hari nanti akan seperti itu lagi, maka semprotkan lagi contact-cleaner.
Solderan yang buruk juga dapat menjadi sebab. Pernah ditemukan kasus kolektor Q4 ternyata tidak tersambung dengan kabel negatif unit lampu 2 dan 3 sehingga kedua bagian lampu tersebut tidak menyala, padahal secara kasat mata sepertinya tersambung.

Kerusakan pada poin ketiga dapat disebabkan oleh kabel sambungan AC sudah rusak (salah-satu putus di dalam). Check kabel AC ini dan gantilah jika memang rusak.
Penyebab lainnya (jika bukan karena kabel AC yang rusak) adalah rusaknya kondensator C1 (putus).
Apabila C1 rusak, resistor R7 perlu di-check juga karena ia dapat ikut rusak juga.

Kerusakan pada poin keempat adalah kerusakan yang paling umum. Ada kalanya charging dilakukan hingga seharian tetapi baterainya tidak juga bisa menyalakan lampu. Ini disebabkan oleh kondisi baterai yang sudah memburuk.
Untuk memastikannya bukalah rangkaian lampu, lalu hubungkan ke sumber listrik AC 220V. Hati-hati jika rangkaian sedang terhubung ke sumber AC 220V karena setiap bagian terbuka dapat menjadi “live-area”, jangan menyentuhnya karena bisa tersengat listrik.
Ukurlah tegangan charging, yaitu tegangan yang terdapat di kondensator C2 dengan AVO-meter posisi DCV 10. Di situ seharusnya terdapat tegangan antara 5-6V.
Jika ada, ukur tegangan yang sampai ke baterai yaitu dengan mengukur langsung di terminal positif dan negatif baterai. Seharusnya ada tegangan antara 4,5-5,2V.
Jika tidak ada, periksalah fuse (sekering) yang berbentuk selongsong kaca kecil tersolderkan dekat Sw1.
Apakah putus?
Jika putus, ganti fuse dengan yang baru dan coba lakukan charging ulang beberapa lama lagi.
Jika fuse tidak putus dan di terminal baterai terukur tegangan charging antara 4,5-5,2V maka dapat dipastikan baterainya sudah soak. Gantilah baterai dengan yang ukuran fisik dan ukuran tegangannya sama. Inilah yang seringkali merepotkan.
Baterai yang tersedia di pasaran tidak selalu sama sehingga tidak bisa dipakai. Dimodifikasi dengan baterai lain pun tidak bisa karena ruang di dalam lampu sangat terbatas.
Jika sudah seperti ini yang terjadi maka mau tidak mau lampu harus dihidupkan dengan baterai/aki eksternal melalui jalan masukan DC jika masih ingin memfungsikannya. Namun sebelumnya D1 harus dicabut terlebih dahulu agar Q3 tetap menghantar. Lebih aman lagi D10 juga diganti dengan dioda zener 5,1V.
Begitulah yang dapat diupayakan.
Selain dari itu ada juga pilihan yang lainnya, yaitu : ucapkan selamat tinggal kepada lampu...






sumber:
www.elektronikaspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Memasang Spul Speaker

Cara Memperbaiki Stik PS2 Tidak Conect (indicator menyala)

Cara Mengatasi Dengung Pada Amplifier